Ya, "Timur Daya". Frasa ini menjadi perhatian saya selama beberapa hari berikutnya hingga akhirnya saya mulai menuangkannya dalam sebuah tulisan. tulisan tersebut bukan sebuah esai panjang dengan pembahasan yang sangat detail, namun hanya berupa puisi 23 baris yang diawali dengan sebuah pertanyaan: ada apa dengan timur/hingga ia dikatakan tenggara/sementara barat dikatakan daya/kenapa timur tidak … [more]
Ya, "Timur Daya". Frasa ini menjadi perhatian saya selama beberapa hari berikutnya hingga akhirnya saya mulai menuangkannya dalam sebuah tulisan. tulisan tersebut bukan sebuah esai panjang dengan pembahasan yang sangat detail, namun hanya berupa puisi 23 baris yang diawali dengan sebuah pertanyaan: ada apa dengan timur/hingga ia dikatakan tenggara/sementara barat dikatakan daya/kenapa timur tidak timur daya? Puisi-puisi dalam buku ini merupakan sebuah perluasan dari pertanyaan tersebut, yang sebagian besar berisi kritik sosial dan budaya terhadap ketimpangan yang terjadi di Timur secara umum, dan secara khusus -Indonesia akibat dari hegemoni yang diperoleh oleh pihak 'Barat' selama satu hingga dua abad terakhir.