Toko Buku Online
Katalog
Access
Deskripsi

Sedikitnya 20 Jurnalis (Senior dan Junior) menulis langsung kesan mereka tentang Ibu Guru Kembar. Ada lebih dari 100 Koran dan Majalah (lokal dan mancanegara) yang memuat berita tentang Sekolah Darurat Kartini yang disadur dalam Buku ini. Sumber lain adalah pemberitaan di media online dan naskah berita televisi. Buku ini mencoba mengumpulkan kembali tulisan para jurnalis dari tahun 1990 – hingg… [more]


Rp. 69,900 Rp.19,900
Deskripsi

Sedikitnya 20 Jurnalis (Senior dan Junior) menulis langsung kesan mereka tentang Ibu Guru Kembar. Ada lebih dari 100 Koran dan Majalah (lokal dan mancanegara) yang memuat berita tentang Sekolah Darurat Kartini yang disadur dalam Buku ini. Sumber lain adalah pemberitaan di media online dan naskah berita televisi. Buku ini mencoba mengumpulkan kembali tulisan para jurnalis dari tahun 1990 – hingga 2014. 24 tahun itu adalah umur Sekolah Darurat Kartini yang didirikan Ibu Guru Kembar. Sekolah Gratis dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA/SMK hingga Akademi (Perguruan Tinggi), bagi warga kurang mampu yang tidak hanya di Jakarta, tapi ada di banyak tempat di Indonesia. Dalam setiap pemberitaan yang dimuat, saya merasakan energi positif yang begitu besar yang coba diungkap para jurnalis tentang cerita hidup Rian dan Rossy. Rossy dan Rian tak akan pernah lupa, di atas kereta antara Semarang – Jakarta, saat melihat gubuk-gubuk kecil dipinggiran rel kereta, tepatnya di Kampung Bandan, Jakarta, Ayah berkata : “Kembar, tugasmu nanti bila sudah dewasa, didiklah anak-anak mereka agar tidak hidup dalam kemiskinan, seperti yang kita lihat sekarang,” (1957). Seiring dengan bergulirnya waktu, lama kelamaan seluruh tenaga, pikiran dan materi mereka tercurahkan untuk mengabdi pada anak-anak yang kurang mampu. Sekarang Ibu Guru Kembar sudah benar-benar merefleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah maraknya komersialisasi pendidikan, sosok Ibu Guru Kembar tampil menjadi sebuah anomali. Mereka tidak hanya sibuk berbicara dan mencari pengakuan. Mereka mampu membuktikan bahwa sekolah gratis bisa diwujudkan. Ibu Guru Kembar : “Kami Memilih Menjadi Pelayan Allah SWT di Dunia yang Singkat.” Buku ini secara garis bersar bercerita tentang Perjuangan dan Cinta. Perjuangan Duo Kembar dalam mencerdaskan anak bangsa. Komitmen mereka di bidang pendidikan tak perlu diragukan. Mereka tidak hanya sekedar guru tapi sudah menjadi orang tua dan “pahlawan” bagi anak didiknya. Sampai kapan Anda melakukan kegiatan seperti ini ? Ibu Guru Kembar : “kalau Tuhan memberikan kesehatan ya jalan terus. Ini sudah bagian dari hidup. Lebih baik seperti ini daripada kita ke mall atau ke luar negeri”. (Republika, Ahad 30 Juli 2006). Mereka melakukan itu dengan cinta, rasa kasih sayang yang besar terhadap anak-anak dan warga kurang mampu secara ekonomi membuat mereka tegar dalam menghadapi semua cobaan. Sekolah Darurat Kartini yang berdiri di Kolong Tol, Bantaran Rel, dan tempat kumuh lainnya, berkali-kali digusur, namun tak menyulutkan semangat mereka untuk bangkit dan hingga kini sekolah itu ada bagi mereka yang tidak mampu yang punya cita-cita dan harapan besar untuk hidup jauh lebih baik.