Wak Katok berumur lima puluh tahun. Perawakannya kukuh dan keras, rambutnya masih hitam, kumisnya panjang dan lebat, otot-otot tangan dan kakinya bergumpalan. Tampangnya masih serupa orang yang baru berumur empat puluhan saja. Bibirnya penuh dan tebal, matanya bersinar tajam. Dia juga ahli pencak dan dianggap dukun besar di kampung. Dia terkenal juga sebagai pemburu yang mahir.
"Aduh, tersirap darahku," katanya dengan suara yang terkejut, dan kedua tangannya dilipatkan menekan dadanya, gerak dan suara yang mendentingkan tali hati Buyung. Siti Rubiyah berdiri, dan melangkah di dalam air, menuju Buyung, memegang tangan Buyung, sambil berkata: "Aduh, kakak kembali...?" Kemudian dia melihat kancil dalam keranjang, dan cepat mengerti, ketika Buyung berkata: "Ya, aku kembali ... di tengah jalan aku teringat, lupa memeriksa perangkap kancil. Aku kembali, dan benar saja ada kancil di dalamnya ..." dan dia memperlihatkan kancil kepada Siti Rubiyah.
"Ada jimat pelawan binatang buas dipakainya. Soalnya kini apakah tadi, ketika dia hendak melakukan hajatnya ke sungai, jimat ini dipakainya, atau dilepaskannya. Ingatkah kalian, ketika membawanya pulang tadi, apakah jimat ini masih terikat di pinggangnya? Jika tidak, siapakah yang mengikatkannya kembali ke pinggangnya?"
Customer Reviews
Leave a Comment
RETURNS AND EXCHANGES
Produk adalah dalam bentuk digital yang dapat diperoleh via download atau hanya bisa dibaca via aps sesuai keterangan produk.
Customer Reviews