DIPONEGORO
merupakan putra Sri Sultan Hamengkubuwana III, raja Kesultanan Yogyakarta, yang
namanya dicatat dalam sejarah sebagai pahlawan nasional karena menentang
politik busuk kolonial Belanda.
Munculnya
perlawanan Diponegoro terhadap kolonial Belanda berawal dari penobatan Sri
Sultan Hamengkubuwana IV yang masih berusia tiga tahun itu sebagai raja di
Kesultanan Yogyakarta. Puncak perlawanan Diponegoro ditandai dengan perang
gerilya melawan Belanda yang tengah membuat jalan melintasi tanah pemakaman leluhurnya.
Demikian
tema utama dalam Babad Diponegoro
karya Pangeran Diponegoro yang digubah di Menado pada tahun 1832-1833.
Dikatakan tema utama karena selain mengisahkan perang gerilya Diponegoro, Babad Diponegoro mendapatkan pengakuan
dunia melalui UNESCO pada tahun 2013.
Karya
ini sangatlah menarik karena pula menceritakan riwayat kehidupan para leluhur
Diponegoro yakni dari Prabu Brawijaya, Bondan Surati, Getas Pandhawa, Ki Ageng
Sela, Ki Ageng Enis, Ki Ageng Mataram, Panembahan Senapati, Sunan Prabu Hanyakrawati,
Sultan Agung, Sunan Amangkurat I, Sunan Pakubuwana I, Sunan Amangkurat IV, Sri
Sultan Hamengkubuwana I, Sri Sultan Hamengkubuwana II, hingga Sri Sultan
Hamengkubuwana III ayahnya.
Hal
menarik lain dalam Babad Diponegoro yang
yakni selain dibumbui mitos, pula menyinggung sufistik Jawa-Islam yang
disampaikan melalui wejangan Ki Ageng Tarub II pada Bondan Surati, wejangan
Getas Pandhawa pada Selarasa (Ki Ageng Sela), dan wejangan Ki Ageng Sela pada
Pemanahan yang dikenal dengan Pepali Ki Ageng Sela.
Dengan
menguak sejarah, mitos, ajaran sufistik, serta sejarah perjuangan Diponegoro; Babad Diponegoro yang dikisahkan oleh
Sri Wintala Achmad ini sangat menarik untuk dibaca. Dengan membaca ebook-nya
yang bisa Anda dapatkan di https://payhip.com/b/ivZRm, Anda akan menjadi orang
pertama yang mengetahui riwayat kehidupan Diponegoro lebih lengkap dan
terpercaya.
Rp. 34900
Rp.30,000
Detail