Apa jadinya jika “macan kampus” yang penuh ambisi, idealisme, dan kenakalan, tiba-tiba harus berhadapan dengan sunyi, hening, dan keheningan kaki Gunung Masurai? Macan Kampus di Kaki Gunung Masurai adalah sebuah novel yang memadukan semangat muda dengan pencarian jati diri dalam lanskap yang jauh dari gemerlap kota. Berkisah tentang Agus, seorang mahasiswa pemberani dan vokal yang harus menyingkir dari hiruk-pikuk dunia kampus akibat skorsing. Ia kemudian mengasingkan diri ke sebuah dusun di kaki Gunung Masurai—tempat sunyi yang justru membawanya pada pertemuan paling penting dalam hidup: pertemuan dengan dirinya sendiri. Melalui narasi yang tajam, reflektif, dan kadang jenaka, buku ini menggambarkan pergolakan batin generasi muda, benturan antara idealisme dan kenyataan, serta makna persahabatan, cinta, dan pengorbanan yang tak selalu sederhana. Lebih dari sekadar kisah mahasiswa, Macan Kampus di Kaki Gunung Masurai adalah perjalanan pulang ke akar, ke luka yang tersembunyi, dan ke pelajaran-pelajaran hidup yang tak diajarkan di ruang kelas mana pun.

Ada cinta yang tumbuh dari tatapan pertama. Ada pula cinta yang lahir dari ribuan pertemuan dan perpisahan. Namun, ada satu jenis cinta yang lebih dalam dari semua itu—cinta yang tak pernah diucapkan, tak pernah diminta untuk kembali, namun hadir dalam setiap langkah diam yang penuh pengorbanan. Buku ini bercerita tentang seorang pria bernama Arya, yang mencintai dalam sunyi dan memberi tanpa ingin dikenal. Tentang Aisyah, gadis yang menjadi pusat dunianya, namun tak pernah menyadari siapa sebenarnya cahaya yang menerangi jalannya saat gelap menyelimuti hidupnya. Dan tentang Rian, sosok yang dikira cahaya itu, tapi sebenarnya hanya bayangan yang menutup kisah yang lebih dalam. "Cahaya yang Tak Pernah Terlihat" adalah kisah tentang cinta yang tak harus memiliki, tentang pengorbanan yang bahkan tak disadari oleh penerimanya, dan tentang keheningan yang lebih lantang daripada teriakan. Ia mengajak kita bertanya: benarkah cinta hanya berarti jika saling memiliki? Atau mungkinkah cinta sejati justru ada dalam kehilangan yang tak pernah diketahui? Di antara bab-bab yang tersusun, pembaca akan dibawa menyusuri lorong-lorong hati yang terluka, langkah-langkah sunyi yang penuh makna, dan momen-momen yang akan mengoyak emosi paling dalam. Ini bukan hanya cerita tentang cinta, tapi juga tentang kerelaan, keikhlasan, dan keberanian untuk mencintai... meski tanpa pernah terlihat. Selamat membaca, dan bersiaplah untuk menemukan cahaya yang mungkin selama ini tak pernah benar-benar kita sadari kehadirannya.

"Semua Tentang Bapak" adalah sebuah buku memoar yang menyentuh dan penuh kejujuran, menggali kembali jejak-jejak cinta, luka, pengorbanan, dan keheningan yang terjalin dalam hubungan antara seorang anak dan sosok ayahnya. Lewat narasi yang hangat dan penuh refleksi, penulis mengajak pembaca untuk menyusuri potongan-potongan kenangan—dari masa kecil yang dipenuhi rasa ingin tahu, percakapan yang tidak pernah selesai, hingga perpisahan yang tidak pernah benar-benar disiapkan. Buku ini bukan sekadar surat cinta kepada seorang ayah, tapi juga perenungan tentang bagaimana kita sering kali memahami cinta orang tua justru setelah kepergiannya. Tentang hal-hal yang tidak pernah diucapkan, tapi selalu terasa. Tentang kebisuan yang ternyata penuh makna. Ditulis dengan bahasa yang lirih namun kuat, Semua Tentang Bapak adalah ruang sunyi tempat pembaca bisa menemukan kembali dirinya—dan mungkin, mengingat sosok yang dulu mereka panggil dengan satu kata sederhana: Bapak.